Kamis, 31 Juli 2014

(Photos) After School @ Daegu Chimac Festival 19.07.2014



Back with My Favorite Girlband, After School.. Last night, I found another beautiful pictures from Uee After School with her band mate at Daegu Chimac Festival 19.07.2014.. I dont care if I was late again.. Well, I’m so busy with my work so I didnt have time to posting anything on my blog *sigh* But its better late than never, right ??



“(Photos) After School @ Daegu Chimac Festival 19.07.2014”



























Credit : as tagged

You Are My Endless Love 6 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction





Starring :  
Joo Won as Hwang Tae Hee 
Uee After School as Hwang (Baek) Ja Eun 
Kim Hyun Joong as Dokter Yoon Ji Hoo 
Uee After School as Kim Yui (Baek Ja Eun’s Twin Sister ) => Double Casting 
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)

 Foreword : Hwang Tae Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life.... 

“You Are My Endless Love 6 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”


“CHAPTER 6 : Dont Wanna Lose You Now!”

Suam Hospital..
          “Apa ini hasil test DNA-nya?” tanya seorang gadis muda dengan wajah ceria pada seorang dokter muda di hadapannya. 

          Dokter muda itu hanya mengangguk singkat sambil memberi tanda bahwa gadis muda itu boleh membuka amplopnya. Dengan hati berdebar bahagia gadis muda itu membuka amplop putih di tangannya dengan penuh antusias, matanya berkilat bahagia saat membaca apa yang tertulis di sana.

          “Apa ini benar? Test ini akurat, kan? Anda sedang tidak berbohong, kan?” tanya gadis muda itu dengan airmata kebahagiaan mengalir pelan di pipinya. Dokter muda di hadapannya hanya menjawab dengan anggukan singkat.

          “Jika memang hasilnya seperti itu maka memang seperti itu pulalah kenyataannya.” Jawabnya singkat.
          “Aku sudah tahu. Aku sudah bisa merasakannya. Akhirnya aku tidak sendirian lagi di dunia ini. Aku punya keluarga. Dokter Yoon, bisakah Anda mengantarku ke rumah kakakku sekarang? Aku ingin memberitahunya soal berita gembira ini.” Seru gadis itu antusias.

          “APA? SEKARANG? Apa kau sadar berita ini mungkin sangat mengejutkannya? Kau tahu apa resikonya kalau dia sampai terkejut kan? Kandungannya sangat lemah, dia tidak boleh tertekan atau terkejut karena itu bisa mempengaruhi kehamilannya. Tidak bisakah kau menunggu sampai dia melahirkan?” ujar Dokter Yoon menolak permintaan gadis muda itu.

          “Baiklah! Kalau begitu, apa kau bisa membantuku bertemu ayah kandungku?” pintanya lagi, terlihat sangat antusias dengan berita ini.
          “Ayah kandungmu?” ulang Dokter Yoon memastikan.

          “Benar. Direktur Baek In Ho. Jika Baek Ja Eun adalah kakakku, maka Baek In Ho pasti adalah ayahku. Jika aku tidak boleh bertemu kakakku, aku ingin bertemu ayahku dulu. Aku hanya ingin tahu kenapa dia membuangku.” Ujar gadis muda itu bersikeras.

        “Kau salah! Direktur Baek In Ho tak pernah membuangmu.” Jawab Dokter Yoon seraya membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan sebuah amplop yang lain.
        “APA? Kenapa kau bisa begitu yakin?” tanya gadis muda itu skeptis.

       “Aku meminta Jaksa Hwang Tae Hee, suami Baek Ja Eun untuk menyelidiki asal usulmu dan apa yang sebenarnya terjadi. Dari hasil investigasinya, 25 tahun yang lalu, saat kalian masih berusia 2 tahun, terjadi sebuah kecelakaan yang disebabkan karena sopir keluarga Baek sedang mengantuk. Mobil yang kalian tumpangi masuk ke dasar jurang, Ibu Ja Eun tewas dalam kecelakaan itu dan salah satu putri kembar Tuan Baek dilaporkan hilang. Regu penyelamat mengatakan kemungkinan besar satu dari si kembar terseret arus sungai yang begitu deras lalu tenggelam. Baek Ja Eun terluka parah, tapi untunglah dia masih bisa selamat. Itu sebabnya Tuan Baek sangat menyayangi Ja Eun karena hanya Ja Eun-lah yang selamat dalam kecelakaan itu. Tuan Baek tidak percaya jika putrinya mati tenggelam, selama setahun penuh dia menugaskan tim penyelamat untuk tetap mencari tapi gadis kecil itu tetap tidak ditemukan.” Ujar Ji Hoo menjelaskan apa yang tertulis di  laporan penyelidikan itu.

       “Dan gadis kecil yang diduga mati tenggelam itu adalah...” gadis muda itu membiarkan suaranya mengambang di udara.
        “KAU.” jawab Dokter Yoon melanjutkan kalimatnya.

      “Kau tahu? Dulu aku sempat menyalahkan keluarga yang telah membuangku. Aku berpikir mereka tidak menginginkanku. Tapi ternyata aku salah. Entah kenapa aku merasa diriku sangat jahat.” Jawab gadis muda itu dengan airmata menetes pelan, saat dia melihat foto-foto kecelakaan 25 tahun itu di tangannya.

          “Jadi kakak iparku sudah tahu yang sebenarnya?” tanyanya lagi. Dokter Yoon mengangguk mantap.
        “Dia memang menyelidiki soal kecelakaan ini, tapi dia masih belum tahu hasil test DNA itu, kan? Kurasa dia belum terpikir bila gadis yang hilang itu adalah kau.Tapi Jaksa Hwang orang yang pintar, kurasa tak lama lagi dia akan tahu dengan sendirinya, dengan atau tanpa melihat test DNA ini.” Jawab Dokter Yoon menerangkan. Gadis muda itu hanya mengangguk-angguk mengerti.

            “Terima kasih.” Jawab gadis muda itu.
            “Untuk apa?” tanya Dokter Yoon bingung.
         “Karena sudah membantu menemukan keluargaku. Karena sudah membantuku sejauh ini. Aku hanya memintamu melakukan test DNA tapi justru kau berinisiatif meminta kakak iparku mencari tahu masa laluku. Bagiku, bantuanmu sangat berarti.” Jawab gadis muda itu berterima kasih.

          “Sama-sama. Aku hanya berpikir, jika kita punya kenalan seorang Jaksa, kenapa tidak minta bantuannya saja? Aku hanya sekedar memanfaatkan profesi kakak iparmu.Harusnya kau juga berterima kasih padanya.” Jawab Dokter Yoon merendah.

          “Pasti. Aku ingin sekali bertemu mereka semua. Ayahku, kakakku, kakak ipar dan keluarganya, aku ingin tahu bagaimana rasanya memiliki sebuah keluarga.” Jawabnya bahagia.

          “Tunggu sebentar lagi. Kita akan cari waktu yang tepat agar Kakakmu tidak terlalu terkejut lalu mengalami pendarahan lagi.” Janji Dokter Yoon sambil tersenyum hangat.

Ojakgyo Farm, 8th Month Pregnancy..
          “Jadi ini kau?? Lucu sekali.” Puji Tae Hee saat melihat foto masa kecil istrinya. Mereka berdua ada didalam kamar dan sedang asyik melihat-lihat foto-foto lama keluarga Ja Eun. Entah kenapa, Ja Eun tiba-tiba ingin melihat foto-foto lama keluarganya.

          “Itu saat usiaku 8 tahun.” Jawab Ja Eun sambil tersenyum memandangi foto dirinya sendiri dalam album kenangan itu. Tae Hee tersenyum mesra sambil memandang istrinya penuh arti.

         “Aku yakin pasti anak kita nanti akan secantik dirimu.” Ujar Tae Hee penuh perasaan, membuat Ja Eun salah tingkah mendengarnya.
         “Oppa..jangan menggodaku.” Ujar Ja Eun dengan pipi memerah.
        “Aku tidak menggodamu. Kau memang cantik kan? Itu sebabnya aku harus selalu waspada pada setiap pria yang mencoba mendekatimu. Punya istri secantik dirimu, membuatku tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak.” Tae Hee mengungkapkan kecemburuannya pada setiap pria yang menaruh hati pada istrinya.

          “Pria yang mana? Jangan mengada-ada.” Ja Eun menjawab asal sambil tertawa.
        “Mau ku sebutkan 1 per 1? Bagaimana jika kita mulai dari Kim Jae Ha, lalu teman kerjamu di Amerika, lalu ada Dokter Yoon Ji Hoo, dan entah siapa lagi setelah ini.” Jawab Tae Hee kesal sambil cemberut.

     “Jangan konyol! Bukankah kenyataannya aku bersamamu sekarang?” jawab Ja Eun sambil tertawa geli melihat suaminya mendadak sangat protektif jika mengangkut pria lain. 
    Tae Hee diam tak menjawab seraya membolak-balik album foto kenangan itu, hingga matanya menangkap selembar foto tua yang sudah terlihat usang dengan penuh minat.Sebuah foto keluarga dengan sepasang bayi kembar dalam pelukan ayah dan ibunya.

      “Ja Eun-ah, apa foto ini asli?” tanya Tae Hee seraya menyodorkan fotonya pada Ja Eun yang spontan langsung mengalihkan tatapannya pada foto itu.
      “Apa maksudmu, Oppa? Tentu saja ini asli.” Jawab Ja Eun tak mengerti.
      “Maksudku, ini bukan photoshop, kan?” tanya Tae Hee meyakinkan Ja Eun bahwa foto itu asli.
      "Oppa, jaman dulu mana mungkin ada photoshop? Jaman dulu tidak secanggih sekarang. Kau ini lucu sekali.” Jawab Ja Eun sambil tertawa geli lalu kembali melihat foto yang lain.

     “Jadi kau kembar?” tanya Tae Hee lagi dan Ja Eun hanya mengangguk singkat.
     “Kurasa begitu. Aku tak ingat lagi.” Jawab Ja Eun dengan polosnya.
     “Kau tak ingat?” ulang Tae Hee sedikit bingung. Ja Eun mengangguk mantap.

     “Kau tahu kan kalau ibuku meninggal saat usiaku 2 tahun. Ayah bilang ibu meninggal dalam kecelakaan mobil yang juga hampir saja membunuhku. Dan kurasa bayi dalam foto itu adalah saudaraku yang hilang dalam kecelakaan malam itu.” Jawab Ja Eun mendadak jadi sedih.

     “Tapi saat itu usiaku baru 2 tahun, aku tak bisa mengingat apa pun. Mungkin kalau tak ada foto itu, aku juga tak ingat lagi kalau aku punya saudara kembar.” Jawabnya jujur.

       “Bagaimana jika seandainya dia masih hidup diluar sana?” tanya Tae Hee tiba-tiba, teringat malam di Rumah Sakit saat dia melihat seorang gadis yang berwajah sangat mirip dengan Ja Eun dan juga Yoon Ji Hoo yang tiba-tiba saja memintanya menyelidiki masa lalu gadis itu. Tae Hee tersentak. Dia memang tidak membaca laporannya secara teliti karena dia hanya meminta anak buahnya yang menyelidiki, tapi dia ingat soal kecelakaan mobil yang menyebabkan seorang wanita tewas dan anak perempuan berumur 2 tahun hilang terseret arus sungai yang deras.

      “Entahlah. Apa menurutmu anak kecil berusia 2 tahun bisa bertahan hidup melawan arus sungai yang deras? Ayah bilang, tim penyelamat mengatakan kemungkinan besar adikku itu tewas tenggelam karena arus sungai yang deras.” Jawab Ja Eun dengan polosnya. Tae Hee hanya memandangnya penuh arti. Tepat. Sama persis dengan laporan penyelidikan anak buahnya soal masa lalu gadis itu.

      “Oppa.. mendadak aku ingat apa yang terjadi hari itu.” Ja Eun juga mendadak teringat sesuatu.
        “Apa?” tanya Tae Hee penasaran.
     “Hari itu, saat aku sedang berjalan-jalan sendirian di sebuah taman, aku melihat seorang gadis muda yang berwajah sangat mirip denganku. Lalu karena terkejut tiba-tiba aku merasa perutku sakit dan setelah itu aku tak ingat apapun. Ku pikir itu hanyalah mimpi. Mungkinkah aku melihat bayanganku sendiri?” tanya Ja Eun sambil menatap Ttae Hee bingung.

      “Ja Eun-ah, ada sesuatu yang ingin kukatakan. Tapi ku harap kau tidak terkejut mendengarnya.” Ujar Tae Hee penuh misteri.
         “Ada apa? Sesuatu terjadi pada bayi kita?” tanya Ja Eun takut-takut.
         “Tidak..Tidak.. Anak kita sehat.” Jawab Tae Hee buru-buru menenangkan.
         “Kau membuatku takut, Oppa..Lalu apa?” tanya Ja Eun lagi, semakin penasaran.
          “Bagaimana jika seandainya yang kau lihat itu bukanlah mimpi?” tanya Tae Hee hati-hati, takut hal ini akan mempengaruhi kehamilan Ja Eun lagi.

         “Maksudmu..” Ja Eun masih tak mengerti.
        “Bukankah tadi kau bilang, kau seperti melihat bayanganmu sendiri dan kau berpikir bahwa hal itu hanya mimpi? Yang ingin ku katakan adalah bagaimana jika seandainya itu bukan mimpi?” tanya Tae Hee, tetap dengan nada hatu-hati.

     “Jadi itu nyata? Aku benar-benar melihatnya? Dia benar-benar ada? Aku tidak sedang melihat bayanganku sendiri?” tanya Ja Eun bertubi-tubi.
       Tae Hee menggeleng pelan. “Sepertinya bukan. Karena aku juga melihatnya malam itu di Rumah Sakit. Bukan hanya melihat, tapi aku juga memeluknya.” Aku Tae Hee dengan jujur, yang di hadiahi tatapan cemburu Ja Eun.

      “Kau apa? Memeluknya?” ulang Ja Eun dengan marah.
        “Tidak. Tidak. Bukan seperti yang kau pikirkan, Ja Eun-ah. Kupikir dia kau. Saat itu aku sangat cemas, aku tak bisa berpikir jernih. Sungguh bukan seperti yang kau pikirkan. Aku hanya salah mengenali orang.” Jawab Tae Hee buru-buru menjelaskan. Tapi Ja Eun terlanjur marah. Wanita hamil itu segera menutup album fotonya dan bergegas turun dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar.

        “Ja Eun-ah..Itu hanya salah paham. Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Dengarkan aku dulu. Kau mau kemana malam-malam begini?” bujuk Tae Hee seraya mengikuti istrinya yang ngambek keluar kamar.

      “Eh, kalian mau kemana malam-malam begini?” tanya Ibu yang kebetulan sedang asyik menonton TV bersama ayah, Nenek dan Tae Phil di ruang tengah.

      “Kemanapun asal tidak melihat Tae Hee Ahjussi.” Jawab Ja Eun sinis.
      “Tapi kenapa kau tidak mau melihatnya?” tanya Nenek bingung.
      “Aku tidak mau melihatnya karena dia selingkuh di belakangku.” Jawab Ja Eun marah.
        “MWO??” Ayah, Ibu, Nenek dan Tae Phil berseru serentak mendengar ucapan Ja Eun yang cemburu.

     “Hyung, apa itu benar? Istrimu sedang hamil tua tapi kau malah selingkuh di belakangnya? Apa itu alasannya kau jarang pulang ke rumah?” Hwang Tae Phil justru malah menyiram bensin ke dalam api.
       “YAAAA !! HWANG TAE PHIL !! BUKAN SEPERTI ITU !!” Tae Hee memarahi adiknya.
       “Tapi bukankah tadi Ja Eun bilang kau selingkuh?” Tae Phil membela diri, tapi hanya dihadiahi tatapan sinis Tae Hee.

     “Ini hanya salah paham, Ja Eun-ah. Saat itu aku sangat cemas. Kupikir gadis itu adalah kau. Aku memeluknya karena aku sangat lega melihatnya baik-baik saja.” Jelas Tae Hee dengan tatapan mata memelas, berharap istrinya percaya.

      “Kalian dengar itu kan? Tae Hee Ahjussi memeluk gadis lain dibelakangku.” Ujar Ja Eun kesal dan cemburu. 
     “Hyung, bagaimana kau bisa salah mengenali orang? Jangan bilang kalau kau mendadak lupa wajah istrimu?” ujar Tae Phil skeptis.

      “Gadis itu sangat mirip dengan Ja Eun. Aku bersumpah demi Tuhan, aku tak mungkin selingkuh.” Tae Hee membantah semua tuduhan Ja Eun dengan putus asa.
     “Tapi kau memeluknya. Aku tak suka membayangkan kau memeluk wanita lain selain aku.” Jawab Ja Eun dengan lemah dan raut wajah cemberut tergambar di wajah cantiknya.

      “Apa kau cemburu?” tanya Tae Hee hati-hati.
      “Sudah jelas kan?” jawab Ja Eun galak, tapi Tae Hee justru tertawa senang.
        “Aku senang melihatmu cemburu. Itu berarti kau sangat mencintaiku.” Ujarnya menggoda Ja Eun sambil melempar tatapan mesra padanya.
      “Ini tidak lucu! Aku masih belum memaafkanmu. Aku ingin minta cerai!” ujar Ja Eun kesal.

       “MWO?” Tae Hee berseru spontan lalu segera memeluk istrinya spontan, tak peduli walau Ayah, Ibu, Nenek dan Tae Phil sedang memandang mereka heran.
        “ANDWE!! Aku tak mau kau ucapkan kalimat itu! Aku tahu aku salah, aku minta maaf Ja Eun-ah, tapi kumohon jangan pernah katakan kau ingin bercerai denganku. Membayangkan aku akan hidup tanpamu membuatku tak bisa bernapas.” Tae Hee memohon dengan sepenuh hatinya seraya memeluk istrinya erat.

        “Tae Hee-ah, Ja Eun-ah, sebenarnya ada apa ini?” tanya Nenek bingung. Tae Hee spontan melepaskan pelukannya saat menyadari mereka tidak sendirian disana. Dengan raut wajah memerah karena malu, Tae Hee mencoba menjelaskan, tapi sebelum dia sempat mengatakannya, terdengar suara bel di pintu masuk.

       Ibu dengan bergegas membuka pintunya. Ayah Ja Eun, Baek In Ho muncul disana.
        “Appa (Ayah)..” sapa Ja Eun dengan riang saat melihat ayahnya ada disana, dia bergegas menghampiri ayahnya dan memeluknya sayang.

        “Ayah, ayah datang disaat yang tepat. Tolong bawa aku pergi dari sini. Aku tak mau tinggal di sini lagi.” Pinta Ja Eun manja. Baek In Ho hanya membalas dengan tatapan heran pada putrinya.

      “Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kau tidak mau tinggal disini lagi?” tanya ayahnya bingung lalu menatap Tae Hee bertanya-tanya.
      “Tae Hee Ahjussi berselingkuh di belakangku. Dia mengaku memeluk wanita lain saat aku terbaring di Rumah Sakit.” Ja Eun melapor pada ayahnya. Dia selalu memanggil Tae Hee dengan sebutan Ahjussi bila sedang kesal.

       “MWO?? Tae Hee-ah, apa itu benar?” tuntut Baek In Ho pada menantunya.
         “Itu semua hanya salah paham, Ayah. Benar aku memeluk seorang wanita, tapi itu semua hanya karena aku salah mengenali orang. Kupikir gadis itu adalah Ja Eun karena dia sangat mirip dengannya.” Jawab Tae Hee, mencoba menjelaskan. Baek In Hoo tampak berpikir lalu kemudian dia tersenyum menenangkan.

       “Putriku, kurasa aku tahu apa yang terjadi. Suamimu tidak bersalah. Percayalah pada Ayah. Ayah datang kemari juga untuk masalah itu.” Jelas ayah Ja Eun dengan sabar.

         “Menantuku, kau harus sabar ya. Wanita hamil memang sangat sensitif, perasaan mereka naik turun tak menentu, juga kadang sangat cerewet. Saat istriku sedang hamil dulu, dia bahkan lebih aneh dari Ja Eun.” Jawab Baek In Ho sambil tertawa.

          “AYAH..” Ja Eun memprotes kesal pada ayahnya.
       “Kita duduk dulu ya.” Pinta ayahnya sabar sambil menggandeng putrinya duduk di ruang tengah.
       “Apa kabar besan?” sapa Baek In Ho sopan. Tae Hee duduk di depan Ja Eun sambil tidak melepaskan pandangannya pada istrinya itu.

       “Aku kemari ingin memperkenalkan putriku yang 1 lagi pada kalian semua. Dia adalah adik Ja Eun yang hilang 25 tahun yang lalu. Seseorang yang mungkin bisa menjelaskan semua kesalah pahaman ini.” Ujar Baek In Ho sabar sambil melirik putrinya yang terkejut.

      “Apa maksud Ayah?” tanya Ja Eun bingung, sedetik sebelum terdengar suara bel di pintu masuk. Ayah Ja Eun berdiri sambil tersenyum lalu mulai membuka pintunya. Seorang gadis muda berambut panjang berjalan masuk dengan sopan dan ragu, semua orang menatapnya dengan terkejut, lalu bergantian menatap Ja Eun dengan bingung. Ja Eun pun hanya memandang gadis itu tanpa berkedip sedikitpun.

      “Apa aku sedang bermimpi? Kenapa bisa ada 2 Ja Eun?” tanya Hwang Tae Phil bingung.
        “Dia adalah putriku yang hilang, Baek Ji Eun. Tapi sekarang namanya sudah berubah menjadi Kim Yui.” Ujar Baek In Ho memperkenalkan.

      “Ja Eun-ah, kurasa Yui-lah yang saat itu ditemui Tae Hee.” Ujar ayahnya sabar.
       “Benar. Dialah yang kulihat malam itu. Ja Eun-ah, aku tidak bersalah. Adikmu bisa menjelaskannya.”ujar Tae Hee seraya menatap penuh harap pada adik iparnya.

       “Apa kabar semua? Kim Yui Imnida. Annyeonghaseyo Eonnie..Mianhe, karena aku telah menyebabkan kekacauan.” Sapa gadis muda itu ramah.
       “Ah, Ne.. Baek Ja Eun imnida. Kurasa kaulah yang kutemui di taman waktu itu, benarkan?” tebak Ja Eun sambil berusaha bangkit berdiri dengan susah payah mengingat perutnya sudah membesar.

        “Ne..Aku yang kau temui di taman waktu itu. Aku juga yang disalahpahami oleh suamimu yang mengira aku adalah kau. Tolong maaafkan dia! Aku rasa dia begitu karena terlalu cemas memikirkan keadaanmu. Aku bisa melihat dia sangat mencintaimu, Kakak.” Ujar Kim Yui menjelaskan. Ja Eun hanya menatap Tae Hee malu-malu.

           “Lihat kan! Ja Eun-ah, bahkan orang lain bisa melihat aku sangat mencintaimu. Kau percaya padaku sekarang?” tanya Tae Hee pada istrinya. Ja Eun hanya mengangguk pelan dan malu-malu.

        “Kurasa begitu. Tapi kalau aku melihatmu memeluk wanita lain lagi, aku takkan memaafkanmu.” Ancam Ja Eun galak.
         “Aku berjanji.” Jawab Tae Hee mantap dan lega. Dia mengucapkan terima kasih pada adik iparnya yang telah datang disaat yang tepat.

        Malam itu, akhirnya dilewatkan dengan penjelasan Baek In Ho tentang putrinya yang hilang. Baik Ja Eun dan Yui sama-sama bahagia karena mereka memiliki saudara yang selama ini mereka impikan. Seluruh keluarga Hwang juga menyambut Yui dengan tangan terbuka dan ramah. Bahkan Nenek dan Ibu Hwang berharap Tae Phil dan Yui bisa berjodoh.

“Harusnya kau bisa mencari gadis seperti Yui. Lihatlah! Apa kau tidak iri dengan Tae Hee? Dia mendapatkan istri yang sempurna, tidak sepertimu yang justru menggoda tante-tante dan bukannya bekerja. Beruntung sekali karena ternyata ada 2 Ja Eun. Aku sungguh berharap bisa ada 2 Tae Hee juga agar Keluarga Hwang mendapat keberuntungan yang berlipat ganda.Tapi sayangnya yang tersisa adalah pria tak berguna.” Sindir Nenek pada Tae Phil yang sejak awal tidak setuju melihat cucu bungsunya berpacaran dengan wanita yang berusia 20 tahun lebih tua darinya, seorang wanita yang lebih cocok menjadi ibunya.

Seminggu setelah acara perkenalan itu, Kim Yui secara resmi tinggal bersama Baek In Ho, ayahnya dan tak lagi tinggal di Panti Asuhan seperti sebelumnya. Hari itu, Ja Eun dan Tae Hee berjanji untuk datang bersama ke rumah ayah Ja Eun untuk merayakan pesta penyambutan Yui dan sekaligus merayakan datangnya anggota baru dalam keluarga. Dengan hati bahagia, Ja Eun meminta Tae Phil mengantarnya ke kantor polisi tempat Tae Hee bertugas. Tapi ternyata kegembiraan itu berubah menjadi bencana saat secara tak sengaja, Ja Eun melihat suaminya mencium gadis lain di hadapannya.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Tae Hee sinis pada gadis berambut ombak di hadapannya.
“Oppa..Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau sudah kembali dari luar negeri?” tanya gadis itu, balik bertanya.

“Dan kenapa aku harus mengatakannya padamu?” tanya Tae Hee dengan sinis. 
“Apa kau tahu kalau aku sangat merindukanmu?” rayu gadis muda itu seraya melingkarkan lengannya di lengan Tae Hee.
“Jaga sikapmu Lee Seung Mi! Aku sudah menikah!” ujar Tae Hee dingin seraya menampik tangan Seung Min yang melingkar di lengannya.

“Aku tahu! Dan aku tidak habis pikir kenapa kau memilih menikah dengan gadis seperti Ja Eun! Aku lebih baik darinya.” Protes Seung Mi tak terima.
“Jadi? Kurasa tidak ada lagi yang bisa kau lakukan disini kan? PERGILAH!” usir Tae Hee dengan dingin.

“Aku Benci Baek Ja Eun! Gara-gara dia aku diusir dari kampus. Gara-gara dia ayahku harus mendekam di penjara seumur hidupnya. Aku kehilangan semua kekayaanku dan aku harus hidup susah di luar sana. Tapi dia, justru menikah denganmu dan hidup bahagia. Ini sungguh tak adil!” umpat Lee Seung Mi kesal.

“Oh ya? Jika kau ingin mencari seseorang untuk disalahkan, maka salahkan ayahmu sendiri. Dialah yang telah membuatmu diterima di kampus melalui jalan belakang dengan menyuap Rektornya, dia juga yang telah menabrak ayah kandungku hingga mati. Dialah dalang dibalik semua yang terjadi saat ini. Jika bukan karena ayahmu, ayahku masih hidup sampai saat ini.” Jawab Tae Hee penuh amarah.

“SEKARANG PERGI!” usir Tae Hee dengan dingin seraya menunjuk pintu keluar. Lee Seung Mi hanya bisa memandang kesal seraya bersumpah dia akan membuat Ja Eun merasakan apa yang dirasakannya. Dengan kesal, gadis itu berjalan keluar tapi langkahnya terhenti saat melihat Ja Eun berjalan masuk kearahnya. Sebuah ide licik terlintas di kepalanya. Berbalik arah, Lee Seung Mi kembali ke kantor Tae Hee dengan sebuah senyuman licik tersungging di bibirnya.

“Kenapa kembali lagi?” tanya Tae Hee tak suka sambil melirik sekilas kearah pintu masuk dimana Lee Seung Mi berdiri sekarang. Tapi Lee Seung Mi tak bergeming, dia menghampiri Tae Hee yang sekarang sedang duduk di kursinya dan sibuk membolak-balik berkas-berkas di mejanya.

Gadis itu dengan nekat duduk dipangkuan Tae Hee dan menarik lehernya lalu menciumnya penuh gairah, Tae Hee yang tak menduga ini akan terjadi, terlalu terkejut untuk melawan. Tepat pada saat itulah, Ja Eun melangkah masuk dan melihat semuanya.

“OPPA !!!” sentaknya terkejut saat melihat seorang gadis duduk dipangkuan suaminya dan berciuman mesra dengannya. Spontan bekal makan siang yang telah disiapkan Ja Eun untuk Tae Hee terjatuh spontan dengan keras ke lantai. Seo Dong Min yang mendengar suara itu bergegas kesana dan dia melihat apa yang juga dilihat Ja Eun barusan. Seorang gadis muda duduk dipangkuan Tae Hee dan bekas lipstik merah gadis itu masih menempel di bibir Tae Hee.

“HYUNG.. Kalian..” Bahkan Seo Dong Min pun tak mampu berkata-kata. Tae Hee spontan mendorong Lee Seung Mi menjauh dan menatap Ja Eun yang kini memandangnya dengan berlinang airmata.

“LEE SEUNG MI??” ujar Ja Eun tak percaya, saat menyadari siapa gadis yang tadi berciuman dengan suaminya. Tae Hee mendorong Seung Mi minggir dan menatap Ja Eun memohon.

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku bisa menjelaskannya.” Ujar Tae Hee panik saat melihat airmata mengalir di pipi Ja Eun yang putih.

Menggelengkan kepalanya kuat-kuat, Ja Eun menolak mendengarkan dan bergegas pergi dari sana.
“JA EUN-ssi..” panggil Seo Dong Min panik lalu segera mengejar Ja Eun. Dibelakangnya, Tae Hee juga bergegas mengejar. Sementara Lee Seung MI hanya tertawa puas melihat rencananya berhasil.

Ja Eun yang terluka bergegas pergi dari sana, dia berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa, ingin segera mengenyahkan pemandangan menyakitkan itu dari kepalanya. Tapi saat ditengah tangga, dia mendengar suara suaminya yang berseru memanggilnya.

“JA EUN-ah, Tunggu sebentar! Biarkan aku menjelaskan!” teriak Tae Hee dari kejauhan seraya berlari mengejar istrinya. Ja Eun menoleh sekilas ke arah Tae Hee tapi bukannya memperlambat langkahnya, dia semakin mempercepat langkahnya hingga tak sadar bahwa dia salah menjejakkan langkahnya di anak tangga dan tergelincir jatuh dari sana.

“AAARRRGGGHHHH!!” suara jeritan Ja Eun yang terjatuh terdengar nyaring dan menyayat. Tubuhnya yang sedang hamil menggelinding dari tangga dengan cepat dan mendarat di tanah dengan bergelimang darah. Kepalanya terbentur pegangan tangga dan darah segar meluncur dari keningnya, Ja Eun merintih seraya memegangi perutnya.

“JA EUN-ah..” Tae Hee menjerit memanggil istrinya yang kini terjatuh bersimbah darah. Dia bergegas menghampirinya dan berlutut di sampingnya. 
“Anakku..Aaarrgghhh!! Sakit sekali!” rintih Ja Eun kesakitan seraya memegangi perutnya.
“Tenanglah. Aku akan segera menolongmu.” Janji Tae Hee lalu segera menggendong istrinya ke Rumah Sakit.

“Sakit !!” Ja Eun menangis dipelukan Tae Hee.
“Aku tahu. Aku tahu. Aku disini. Tenanglah Ja Eun. Kita akan segera ke RS.” seru Tae Hee berusaha menenangkannya. Ja Eun mencengkeram erat tangan Tae Hee, mencoba menahan sakitnya.

Sesampainya di RS, Ja Eun segera dilarikan ke ruang Operasi. Dia sudah kehilangan banyak darah. 
“Apa yang terjadi Jaksa Hwang?” Dokter Yoon Ji Hoo menghampiri dengan cemas.
          “Ja Eun terjatuh dari tangga.” Jawab Tae Hee panik dan ketakutan.

       “MWO??” Dokter Yoon hanya bisa menatap tak percaya.
       “Tolong selamatkan mereka, anak dan istriku. Aku mohon padamu, Dokter!” pinta Tae Hee memohon dengan segenap hatinya.

       “Baik. Aku akan berusaha semampuku. Tapi sepertinya mau tidak mau, kita harus mengeluarkan bayinya. Kami butuh persetujuanmu.” Ujar Ji Hoo menjelaskan prosedurnya.
      “Tapi bayi kami belum cukup umur untuk dilahirkan ke dunia. Dia baru 8 bulan.” Protes Tae Hee cemas.

           “Lalu? Apa Anda lebih suka memilih bayi itu meninggal dalam kandungan?” tawar Ji Hoo tak sabar.
        “TIDAK! JANGAN! Tolong selamatkan mereka berdua, Dokter! Lakukan apapun yang kalian rasa terbaik.” Tae Hee akhirnya menyerah.

          “Tolong Tanda tangan disini. Kami akan mengeluarkan bayinya karena tak punya pilihan lain.” Ujar Ji Hoo menyodorkan sebuah berkas kearah Tae Hee yang tanpa pikir panjang langsung menandatanganinya.

       “Masuklah! Saat seperti ini dia membutuhkanmu disisinya.” Ujar Ji Hoo, mengajak Tae Hee masuk ke ruang operasi bersamanya.
           “Bolehkah?” tanya Tae Hee tak yakin.

        “Mungkin kau bisa menjadi penguat bagi istrimu. Masuklah Tuan Hwang!” jawab Ji Hoo lalu segera menyodorkan seragam operasi Dokter padanya. Dengan langkah panik, Tae Hee memasuki ruang operasi dimana terdengar suara teriakan Ja Eun yang menyayat hati. Dia segera duduk di kursi kecil disamping Ja Eun seraya menggenggam erat tangannya.

       “Aku disini. Bertahanlah, Ja Eun-ah!” bisik Tae Hee lirih dengan airmata mengalir. Tae Hee sedang menggenggam tangan Ja Eun dengan erat, walaupun tangannya sendiri mulai terasa sakit. Genggaman tangan Ja Eun terlalu kuat seiring dengan rasa sakit yang dirasakannya. Tae Hee bisa melihat bahwa Ja Eun sudah mulai kehabisan tenaga. Dia sudah mendorong bayi itu keluar berkali-kali.

        “Kontraksi lagi.Nyonya Hwang, dorong sekali lagi.” perintah Dokter Yoon.Ja Eun menangis saat dia berusaha mendorong bayinya keluar, rasa sakit terasa di seluruh tubuhnya. Tae Hee hanya bisa melihat dengan pasrah.

      “Nyonya Hwang, kami sudah bisa melihat kepalanya. Dorong sekali lagi.” Dokter Yoon berkata dengan bersemangat.
     “Aaaahhhh !!! SAKIT SEKALI !!!” Ja Eun berteriak sambil menangis. Pipinya dipenuhi keringat dan airmata, bibirnya sudah memutih, wajahnya memucat, dia sudah kehilangan banyak darah. Dengan bercucuran airmata, Ja Eun memandang Tae Hee yang berlutut di sampingnya. 

        “Aku tidak bisa melakukannya. Sakit Sekali.“ rintihnya sambil terus menangis. 
        Tae Hee menggenggam tangannya dengan lebih erat dan menyandarkan kepalanya di kepala Ja Eun seraya berbisik di telinganya.

         “Bodoh!! Bagaimana bisa kau menyerah sekarang?? Baek Ja Eun yang kukenal SANGAT KUAT!! Ja Eun-ku tidak tau bagaimana caranya untuk menyerah.Kau bahkan nekat membuat tenda di luar rumahku dan bertahan walau harus demam karena kehujanan. Kau dengan tekadmu yang tidak kenal menyerah berhasil membuat ibuku yang awalnya membencimu, menjadi berbalik menyayangimu. Kau harus tetap kuat, Ja Eun-ah! Khususnya sekarang, disaat bayi kita hampir disini. Ja Eun-ah, kumohon..tetaplah kuat untukku dan untuk bayi kita. Aku mencintaimu, Ja Eun. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku seperti ini.“ bisik Tae Hee, memberi semangat seraya mencium lembut keningnya.

      Mendengar kata-kata itu dari Tae Hee, Ja Eun merasa memiliki kekuatan baru, Tae Hee melihat keberanian di mata Ja Eun dan tersenyum. Ja Eun meremas tangan Tae Hee lebih kuat dari sebelumnya. Tae Hee merasa tangannya mulai mati rasa tapi itu tidak penting lagi sekarang. Dia menggunankan tangannya yang bebas untuk mengusap keringat dan airmata di wajah Ja Eun.

         “Sayang, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan.” perintah Tae Hee di telinganya. Ja Eun menarik napas dalam-dalam, dia menatap Tae Hee lalu menutup matanya dan mendorong bayinya keluar sekuat tenaga dengan semua tenaganya yang tersisa.

          Ja Eun menangis keras dan tangisan Ja Eun adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah didengar Tae Hee seumur hidupnya. Untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Tae Hee merasa ketakutan, takut akan kehilangan seseorang yang paling dia cintai.

“AAAAARRRGGGHHHH !!! OPPA !!!” Ja Eun menjerit keras, tapi suara jeritannya segera teredam dan digantikan oleh suara tangisan yang lain. 
“Suara apa itu?” batin Tae Hee, dia masih tidak menyadari apa yang terjadi.

Tae Hee memalingkan kepalanya, mencari sumber suara dan akhirnya dia melihat Dokter itu menggendong seorang bayi mungil yang menangis dalam pelukannya. 
 
        Tae Hee mendengar suara tangis bayinya untuk yang pertama kalinya dan merasa takjub. 
       “MY LITTLE PRINCESS.“ gumamnya, tanpa sadar Tae Hee mulai tersenyum memandang sosok mungil itu.
“Tuan Hwang, dengan tulus aku mengucapkan Selamat untukmu. Ini dia Putri kecilmu. Dia sangat cantik.“ puji Dokter Yoon Ji Hoo seraya menunjukkan putrinya.

         Tae Hee tidak bisa berkata-kata. Dia masih tidak percaya bahwa kini dia seorang ayah. Semuanya sangat sulit dipercaya tapi ini kenyataannya. Dan Ja Eun, Ja Eun berhasil melakukannya.. Ja Eun telah mengeluarkan semua kekuatannya untuk melahirkannya ke dunia. “Komawo, Ja Eun-ah!“ batinnya seraya meremas tangan Ja Eun yang kini terbaring lunglai tak berdaya.

Seorang perawat mengambil bayi itu dari tangan Dokter dan membersihkan bayinya, setelah menyelimuti bayinya dengan hangat, dia menyerahkan bayi itu pada Ayahnya.
“Selamat Jaksa Hwang. Putrimu sangat cantik.“ Puji Perawat itu.
      
       Tae Hee melepaskan tangan Ja Eun sejenak lalu berdiri dan mengulurkan lengannya untuk menggendong bayi itu.

“Ini adalah saat yang paling ku tunggu. MY LITTLE PRINCESS, WELCOME TO THE WORLD!“ Tae Hee berbisik pada bayinya seraya mencium pipi mungilnya. Bayi itu bergerak dalam pelukan Tae Hee lalu membuka matanya, memandang ayahnya dan tersenyum manis, seolah-olah berterima kasih pada ayahnya karena telah membuatnya ada di dunia ini.

        “Ini Ayah, MY PRINCESS.“ TaeHee tersenyum bahagia melihat Putrinya tersenyum untuk yang pertama kalinya. Tae Hee sangat bahagia bisa menggendong Putri Kecilnya dalam pelukannya.

“Ja Eun-ah, bayi kita sangat cantik, sama sepertimu. Dia bahkan sudah tersenyum padaku.“ ujar Tae Hee bahagia.

“Maaf Tuan Hwang, tapi kami harus segera memasukkannya ke Inkubator. Bayi Anda terlahir prematur. Dia harus segera diberi perawatan intensif.” Ujar seorang perawat meminta bayinya. Tae Hee memandang bayinya sekilas. Benar. Bayinya sangat kecil. Lebih kecil dari bayi normal pada umumnya. Dia terlahir prematur. Lebih cepat dari seharusnya, dan ini semua karena salahnya. Tae Hee mengutuk dirinya sendiri dan bersumpah bahwa apapun yang terjadi, dia akan selalu melindungi istri dan anaknya mulai sekarang.

“Ja Eun-ah, putri kita terlahir prematur. Sepertinya kita harus menahan diri untuk menggendongnya. Jika nanti kau sadar, kita akan melihatnya bersama.” Ujar Tae Hee pada istrinya lalu dengan enggan kembali menyerahkan putri mungilnya pada perawat.

“Ja Eun-ah,terima kasih banyak.” Ujar Tae Hee sekali lagi, tapi tidak ada respon dari Istrinya.
“Ja Eun-ah!” panggil Tae Hee panik. Ja Eun menutup matanya, wajahnya pucat dan terkulai lemah. Sejenak jantung Tae Hee terasa copot apalagi setelah melihat detak jantungnya semakin lemah.

“Dokter Yoon, detak jantung pasien semakin lemah. Tekanan darahnya terus menurun. Sepertinya ini pengaruh dari lukanya akibat terjatuh.” Seru seorang perawat dengan panik pada Yoon Ji Hoo.

“Tunggulah diluar Tuan Hwang! Kami akan mencoba menyelamatkannya.” Perintah Yoon Ji Hoo tanpa bisa dibantah.

“Tolong selamatkan dia, Dokter! Selamatkan istriku! Aku mohon!” pinta Tae Hee dengan airmata kembali menetes.Saat melihat para dokter dan perawat itu mulai membedah tubuh istrinya.

To Be Continued...

Native Ads